Dua Pesawat Kembali Tabrakan di Bandara Jepang

 


2 Pesawat Kembali Tabrakan di Bandara Jepang

Hokkaido - 
Insiden Trabakan Pesasa Kembali terjadi di Bandara  Jepang Tepatnya di Bandara New Chitose, Pulau Hokkaido. 2 pesawat dilaporkan saling bertabrakan tanpa adanya korban.
Dilansir Reuters, Selasa (16/1/2024), dua pesawat yang terlibat tabrakan yakni Korean Air Lines dan Cathay Pacific Airways.

Sementara itu, berdasarkan informasi, insiden itu terjadi ketika mobil derek, yang mendorong pesawat Korean Air mundur menjelang keberangkatan. Mobil itu lalu tergelincir karena salju di darat yang kemudian berujung pada insiden sayap kiri pesawat Korean Air bertabrakan dengan sayap kanan pesawat Cathay Pacific.

Penilaian awal Korean Air Lines mengaitkan penyebabnya dengan petugas darat yang sedang menarik pesawat di tengah salju tebal," kata pejabat maskapai tersebut.
Sementara itu, media setempat menyebut tidak ada korban luka akibat insiden tersebut. "Tidak ada korban luka yang dilaporkan di kedua pesawat," kata media Jepang.
Lebih lanjut, pejabat setempat melaporkan Korean Air membawa sebanyak 289 penumpang. Belum ada informasi mengenai korban akibat insiden tersebut.
"Penerbangan Korean Air membawa 289 penumpang dan awak," kata seorang pejabat maskapai.

Namun demikian, laporan media Jepang punya informasi yang berbeda perihal ada tidaknya penumpang di dalam pesawat Cathay Pacific. Cathay Pacific Airways tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar. Juru bicara bandara juga tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Untuk diketahui, pada awal Januari 2024, insiden tabrakan pesawat juga sempat terjadi di bandara Haneda, Jepang. Saat itu, pesawat Japan Airlines JAL-516 sempat terbakar hebat imbas insiden itu.


Share:

Gempa Jepang M 6,0 di Niigata

 


Gempa Jepang terjadi lagi, kali ini mengguncang Prefektur Niigata dengan magnitudo 6,0 pada Selasa (9/1/2024) pukul 17.59 waktu setempat. Dikutip dari Yomiuri Shimbun, pusat gempa berada di dekat Pulau Sado. Skala gempa bumi di Jepang kali ini adalah 5, lebih rendah dari skala 7 yang mengguncang Prefektur Ishikawa pada 1 Januari 2024.

Kantor berita AFP melaporkan, gempa ini terjadi di lepas pantai Laut Jepang, daerah yang sama dengan gempa saat Tahun Baru, tetapi tidak ada peringatan tsunami.

Pemerintah Ishikawa pada Selasa merilis jumlah korban tewas terbaru yaitu 202 orang akibat tertimbun reruntuhan bangunan. Angka tersebut naik dari hari sebelumnya yakni 180 orang tewas. Selain itu, masih ada 102 orang belum ditemukan. Saking dahsyatnya gempa di Ishikawa, tiga negara yaitu Rusia, Korea Utara, dan Korea Selatan mengeluarkan peringatan tsunami. Gelombang tsunami setinggi kurang dari satu meter bahkan sudah terjadi di Korsel.

Adapun Korea Utara mengeluarkan peringatan gelombang tsunami setinggi lebih dari dua meter di pantainya, menurut laporan kantor berita Korea Selatan Yonhap mengutip radio negara Korut.

Kemudian di Rusia, sebagian pantai barat Pulau Sakhalin dan wilayah daratan Primorsk serta Khabarovsk yang berdekatan dengan Jepang di pesisir Pasifik sempat berada dalam ancaman tsunami, lapor kantor berita negara TASS pada 1 Januari.


Share:

Gempa Dan Tsunami Di Jepang Terbaru Terjadi di 2024

 


 Di Jepang, kejadian gempa dan tsunami tak jarang terjadi, diperkuat oleh posisi geografisnya yang berada di wilayah seismik sangat aktif. Gempa dan tsunami dahsyat di Jepang yang terbaru, terjadi di awal tahun 2024 ini. Dalam analisis dari United States Geological Survey (USGS), Jepang memiliki jaringan seismik yang sangat padat, menjadikannya tempat dengan seringnya gempa bumi.

Terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, wilayah ini dikenal sebagai jalur dengan aktivitas seismik paling intens di dunia. Panjangnya mencapai 40 ribu kilometer, Cincin Api Pasifik dihuni oleh sekitar 450 gunung berapi yang berkontribusi pada frekuensi gempa di Jepang.

Selain gempa, tsunami uga sering menghantam Jepang dan merupakan dampak langsung dari posisinya di sepanjang Cincin Api Pasifik. Menurut data dari WorldData.info, sejak tahun 684, Jepang telah mengalami kurang lebih 143 tsunami yang mengakibatkan kematian lebih dari 130 ribu jiwa. Kejadian ini menjadi cerminan dari risiko yang melekat pada lokasi geografis Jepang, di mana pergerakan lempeng tektonik menyebabkan gelombang pasang dahsyat yang berdampak fatal pada penduduk di sekitarnya.

Penyebab utama seringnya gempa dan tsunami di Jepang terletak pada posisi geologisnya yang terjepit di Cincin Api Pasifik. Sabuk tektonik aktif ini menghasilkan pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan guncangan dan gelombang besar yang menghantam pesisir Jepang.

Kondisi ini menjelaskan mengapa Jepang secara historis sering kali menjadi sasaran gempa dan tsunami yang menghancurkan, mendorong perlunya upaya mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman alam yang tidak terduga. Terjadi di 2024


 Di Jepang, kejadian gempa dan tsunami tak jarang terjadi, diperkuat oleh posisi geografisnya yang berada di wilayah seismik sangat aktif. Gempa dan tsunami dahsyat di Jepang yang terbaru, terjadi di awal tahun 2024 ini. Dalam analisis dari United States Geological Survey (USGS), Jepang memiliki jaringan seismik yang sangat padat, menjadikannya tempat dengan seringnya gempa bumi.

Terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, wilayah ini dikenal sebagai jalur dengan aktivitas seismik paling intens di dunia. Panjangnya mencapai 40 ribu kilometer, Cincin Api Pasifik dihuni oleh sekitar 450 gunung berapi yang berkontribusi pada frekuensi gempa di Jepang.

Selain gempa, tsunami uga sering menghantam Jepang dan merupakan dampak langsung dari posisinya di sepanjang Cincin Api Pasifik. Menurut data dari WorldData.info, sejak tahun 684, Jepang telah mengalami kurang lebih 143 tsunami yang mengakibatkan kematian lebih dari 130 ribu jiwa. Kejadian ini menjadi cerminan dari risiko yang melekat pada lokasi geografis Jepang, di mana pergerakan lempeng tektonik menyebabkan gelombang pasang dahsyat yang berdampak fatal pada penduduk di sekitarnya.

Penyebab utama seringnya gempa dan tsunami di Jepang terletak pada posisi geologisnya yang terjepit di Cincin Api Pasifik. Sabuk tektonik aktif ini menghasilkan pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan guncangan dan gelombang besar yang menghantam pesisir Jepang.

Kondisi ini menjelaskan mengapa Jepang secara historis sering kali menjadi sasaran gempa dan tsunami yang menghancurkan, mendorong perlunya upaya mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman alam yang tidak terduga.


Share:

Berita by Kompas Group

Arsip Blog

Kurs Mata Uang

Unordered List

Support